Cari Blog Ini

Jumat, 10 Februari 2012

Morpologi Bahasa Indonesia

MORFOLOGI BAHASA INDONESIA


A. Kata Berimbuhan/Berafiks
1.    Penggunaan afiks/imbuhan ter
    Pada dasarya ter-memiliki dua fungsi, yakni:
a.    Membentuk verba (kata kerja) pasif, misalnya:
    Terduduk
    Terbatas
    Terangkat
    Adapun nosinya dapat digolongkan menjadi:
1)    Menyatakan "sudah di, sudah dalam keadaan di", misalnya:
    Terbuka
    Terduduk
    Terkunci
2)    Menyatakan "dapat di", misalnya:
    Terangkat
    Terbaca
    Terlihat
      Ada kalanya afiks ter- berfungsi membentuk verba aktif, misalnya pada kata tersenyum
b.    Membentuk kata adjektiva/sifat. Kata sifat ini dapat diuji dengan perluasan kata yang menyatakan tingkat perbandingan, misalnya agak, sangat, paling.
    Adapun nosinya sebagai berikut:
1)    sudah dalam keadaan", misalnya:
    Terbatas
2)    Jika ter- melekat pada kata dasar kata sifat atau kata benda, ter- menyatakan "paling", misalnya:
    Terkecil
    Teratas
    Terdepan
    Terbelakang
Kata-kata berikut tidak terbentuk dari afiks ter-, yakni:
    Terjal
    Terka
    Ternak
Kembangkan pemakaian afiks ter- dengan mencari contoh kata berafiks ter- dan menggunakannya dalam kalimat yang berbeda-beda!

2.    Penggunaan afiks ber-, ber-kan, dan ber-an
a.    Afiks ber
    Afiks ber- berfungsi membentuk kata kerja aktif intransitif, dengan nosi:
1)    Jika kata dasarya berupa verba kata kerja, afiks ber- menyatakan "melakukan pekerjaan", misalnya:
    Berdandan
    Berolahraga
    Berdagang
2)    Menyatakan makna "mengandung, ada", misalnya:
    Berair
    Beracun
    Berbisa
3)    "Memancarkan", misalnya:
    Bersinar
    Bercahaya
4)    "Memanjatkan", misalnya:
    Berdoa
5)    "Mengucapkan, mengikrarkan, mengeluarkan, menyampaikan", misalnya:
    Betjanji
    Bersumpah
    Berpesan
6)    "Menjadi", misalnya:
    Bertamu
    Berjaya

7)    "Menunjukkan", misalnya:
    Berbakti
8)    "Naik, mengendarai", misalnya:
    Berkuda
    Berkereta API
    Bersepeda
9)    " Menggunakan, memakai", misalnya:
    Berkaca mata
    Bersepatu
10)    "Menghabiskan, menggunakan", misalnya:
    Bermalam
    Berlibur
11)    "Pergi ke, minta tolong ke", misalnya:
    Berguru
    Berdukun
12)    "Menganggap sebagai, menjadikan sebagai”, misalnya:
     Berteman
13)    “Melahirkan mengeluarkan:, misalnya,
    Kambing sedang beranak
    Ayam bertelur
14)    "Memanggil sebagai", misalnya:
    Berengkau
    Beribu
    Beranda
15)    "Timbul, tumbuh", misalnya:
    Berbunga
    Berbuah
    Bertunas
16)    Menggunakan, ada", misalnya:
    Kereta berkuda
17)    "Terkumpul menjadi", misalnya:
    Bersatu
18)    "Terkumpun dalam jumlah", misa1nya:
    Berlima
    Berdua
19)    "Kena, menderita", misalnya:
    Malam berembun
    Siang berpanas matahari
20)    Menyatakan "milik, memiliki, mempunyai", misa1nya:
    Berharga
    Berharapan
    Berpotensi
21)    Nosi ber- tidak jells, separate pada kata-kata
    Bertamu
    Berlalu
    Bersusah
    Bersakit
    Berbeda
    Bersenang
Berikut bukan kata bentukan dengan afiks ber-:
    Berapa
    Berani
    Beruang kutub
b.    Afiks ber-kan
    Kita perhatikan kata berdasarkan, beranggotakan, bermandikan. Kata bentukan tersebut dari dasar, anggota, mandi menjadi berdasarkan, beranggotakan, bermandi, kemudian menjadi berdasarkan, beranggotakan, dan bermandikan. Dengan demikian, nosinya, misalnya kita ambil kata yang pertama, yakni berdasarkan terbentuk dari berdasar "menggunakan dasar" menjadi berdasarkan "berdasar pada".
c.    Afikasi ber-an
    Berbeda dengan afiks ber-kan, ber-an adalah satu afiks yang menjadi secara simultan / serempak yang disebut konfiks. Adapun bentuknya ada ber-an yang tergolong
    Konfiks ada pula ber-an yang terjadi secara hierarki. Perhatikan dua deret bentuk berikut.
Ber-an bukan konfiks
Berhadapan
Berkenalan
Bergandengan    Ber-an sebagai konfiks
Berpengalaman
Berpakaian
Berurusan
Afiks ber-an sebagai konfiks nosinya menyatakan makna "resiproka1/saling" Jika kata bergandengan dianalisis ber+gandengan, pada kata tersebut tidak ada afiks ber-an. Dengan demikian, nosi afikasinya tidak menyatakan "saling":, melainkan ber- "memiliki", dan -an pada gandengan "yang di".

3.    Penggunaan afiks pe-, pe-an, per-, dan per-an
a.    Afiks per
    Afiks pe- ada yang bernasal dan ada yang tidak bernasal. Perhatikan kata-kata yang berpasangan berikut!
Afiks pe- bernasal
Penembak
Penyruh
Pendapat
Penatar    Afiks pe-tak bernasal
Petembak
Pesuruh
Pedagang
Petatar
Petani
Peternak
Jika kita perhatikan keduanya memiliki fungsi yang sama, yakni terbentuk kata benda/nomina. Selanjutnya Anda dapat mendeskripsikan nosi yang terdapat pada dua afiks tersebut!
b.    Afiks per
    Kita perhatikan pemakaian kata: perkecil, pertajam, pertebal, perlima, persatu. Dari contoh tersebut kita dapat mengenali fungsi} afiks per- adalah membentuk kata kerja. Dengan nosi:
1)    "Membuat jadi lebih", misalnya"
    Perkecil
    Persempit
    Perdalam
2)    "Bagi menjadi", misalnya:
    Perseratus
    Perlima
3)    “tiap-tiap”, misalnya
    Masuk satu persatu
Ada kalanya per- membentuk nomina/kata benda misalnya:
    (Ber) tapa menjadi pertapa "orang yang bertapa"
Jika afiks per- tidak mampu mengubah kelas kata, nosinya pun sulit diterangkan atau tidak jelas, misalnya:
    Tanda (nomina) menjadi pertanda (nomina)
    Lambang) nomina) menjadi perlambang (nomina)
Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks per- :
    Pertama
    Permaisuri
    Percuma
c.    Afiks pe-an
    Afiks pe-an ada yang bernasal dan ada yang tidak bernasal. Kita bandingkan kata-kata bentukan berikut!
    Pe-an bemasal         Pe-an tak bernasal
Pendidikan            Peternakan
Pedaringan            Pembuatan
Penjualan            Perakitan           
Penyaringan            Pesanggrahan
Dari contoh tersebut, kita kenali fungsinya adalah sama, yakni sebagai pembentuk kata benda abstrak. Adapun nosinya pada dasarnya dapat digolongkan "hal, hasil, cara, dan tempat"
d.    Afiks per-an
    Jika afiks per- berfungsi membentuk kata kerja, dan ada sebagai pembentuk kata benda, afiks per-an termasuk konfiks yang berfungsi sebagai pembentuk nomina kata benda.
    Misalnya: 
Perpajakan                 Perpanjangan       
Perbudakan                Perkebunan       
        Perubahan                 Pertemuan
Peraturan                Percobaan            
Adapun nosinya pada dasarya menyatakan "hal, hasil"
Kembangkan dengan mencari kata-kata berafiks per-an, dan menggunakannya dalam kalimat!

4.    Penggunaan afiks ke-an, ke-an
a.    Afiks ke-
    Dalam Bahasa Indonesia, afiks ke- berfungsi membentuk kata bilangan tingkat, kata bilangan jumlah~ dan kata benda.
1)    Pembentuk kata bilangan tingkat, nosinya menyatakan "urutan", misalnya:
    Anak kelima
    Pelajaran kedua
2)    Pembentuk kata bilangan jumlah nosinya menyatakan "kumpulan jumlah", misalnya:     Kedua anak itu
    Kesemuanya
3)    Pembentuk kata benda, nosinya menyatakan "yang di, yang dianggap", misalnya:     Ketua
    Kekasih
    Kehendak
Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks ke-dalam bahasa Indonesia:
    Ketemu
    Kelanggar
b.    Afiks-an
    Dalam Bahasa Indonesia, afiks -an berfungsi sebagai pembentuk kata benda/ nomina. Dalam tataran sintaksis, kata bentukan dengan afiks -an ini dapat mengikuti verba tran-sitif Adapun nosinya meliputi: "hal/abstraksi, basil, cara, alat, objektif, tempat, yang memiliki sifat, orang/pelaku" seperti pada kata:
    Didikan                 Praktikan
    Sasaran                 Simpatisan
    Latihan                 Lautan
    Manisan                Lukisan
Kata bentukan dengan afiks -an berikut salah dalam bahasa Indonesia:
    Rajin latihan (verba)
    Sekolahan (nomina)
    Kuburan (nomina)
c.    Afiks ke-an
    Afiks ke-an termasuk konfiks. Fungsinya adalah sebagai pembentuk kata benda abstrak, dan kadang-kadang sebagai pembentuk kata kerja pasif Sebagai pembentuk kata benda abstrak, ke-an bernosi menyatakan "hal/abstrak dari", misalnya:
Keadilan
Kebolehan
Kekuasaan
Keajekan
    Sebagai pembentuk kata kerja pasif, ke-an menyatakan nosi “ken, menderita”, misalnya:

5.    Penggunaan afiks -man, -wan, dan -wali
    Ketiga afiks ini berasal dari bahasa sansekerta. Fungsinya membentuk kata benda, dan nosinya menyatakan "orang yang memiliki sifat". Pemakaian -man dan -wan menyatakan jenis kelamin "laki-laki" dan -wati menyatakan jenis kelamin "perempuan"
    Contoh pemakaiannya:
Sinaman        Jutawan             Seni wati
Budiman        Santriwan             Santriwati
            Olahragawan             Olahragawati
            Bendaharawan            Bendaharawati

6.    Penggunaan afiks -I , -wi, -ah, -iah
    Afiks-afiks tersebut berfungsi sebagai pembentuk kata sifat, nosinya menyatakan "yang memiliki sifat, bersifat". Pemakaiannya seperti:
    Alam    + i    menjadi    alami
    Alam    + iab    menjadi    alamiah
    Ala    + iah    menjadi    aliah
    Ilmu    + iab    menjadi    ilmiah
    Dumia + wi    menjadi    duniawi
    Jasmani+ iah    menjadi    jasmani
    Islam + i    menjadi    islami

7.    Penggunaan afiks -is, -isme, -isasi/Sasi
a.    Afiks -is berfungsi pembentuk adjektiva/kata sifat, nosinya menyatakan"bersifat", misalnya:
Pancasilais
Psikhologis
Nasionahs
b.    Afiks -isme berfungsi sebagai pembentuk kata benda, nosinya menyatakan "aliran, faham", misalnya:
Nasionalisme
Komunisme
Liberalisme
c.    Afiks –isasi/Sasi berfungsi sebagai pembentuk kata benda, nosinya menyatakan “proses” misalnya
lelenisasi
Urbanisasi
Neomsasl
    Afiks -isasi juga benosi "kumpulan, kesatuan dari'" misalnya pada organisasi.

8.    Partikel -lah, -kah, dan pun
    Partikel tergolong ke dalam kata tugas. Fungsinya mempertegas kata yang dilekati.
a.    Partikel -lah
    Partikel -lah dapat melekat kata benda, pada kalibat pemyataanlberita. Partike1 -lah digunakan pada kalimat inversi, yakni predikat mendahuIui subjek. Misalnya:
    Dialah yang dicari
    Akulah orangnya.
    Partikel -lah juga digunakan untuk menyatakan imperatif (perintah), misalnya pada kalimat:
    Masuklah!
    Bacalah secara teliti.
b.    Partikel -kah
    Partikel -kah digunakan melekat pada kata kerja , kata benda, kata sifat, kata bilangan, kata keterangan. Fungsinya membentuk kata tanya dalam kalimat pertanyaan. Struktur kalimat pada dasarya berstruktur inversi, misalnya:
    Siapakah mereka?
    Sudah membacakah Anda?
    Di manakah Anda Tinggal?
    Kapankah Hanoman lahir?
c.    Partikel pun
    Partikel pun melekat pada kata benda atau yang dibendakan (substantiva), misalnya pada kalimat:
    Mereka tidak tahu, aku pun demikian.
    Jangankan membaca, menyimak pun belum terampil.
    Di samping itu, pun bersama kata yang lain berfungsi sebagai pembentuk kata tugas yang lain, khususnya konjungsi dan penulisannya pun dirangkaikan dengan kata yang dilekati, misalnya pada:
        Meskipun
        Walaupun
        Biarpun
        Sungguhpun



B.    Kata Ulang
    Kata ulang ada1ab kata yang telah mengalami proses reduplikasi. Untuk: membedakannya dengan bentuk ulang yang bukan kata ulang adalah bahwa kata ulang sebagai ciri utamanya adalab pasti memiliki kata dasar.
Kita bedakan bentuk yang ada di sebelah kanan dan sebelah kiri berikut:
Kata ulang   
Duduk-duduk
Membaea-baca
Tarik-menarik
Bolak-balik
Orang-orangan
Simpang-siur
Kemerab-mera han    Bukan kata ulang
 Compang-camping
Anai-anai
Pura-pura
Hati-hati
Mata-mata
Mondar-mandir
Alih-ali

Pada kata ulang terdapat kata dasar: duduk, membaca, menarik, balik, orang, simpang, merah. Sebaliknya, pada deretan sebelah kiri bentuk: compang/camping, anai, pura, hati, mata, mondar, alih tidak dapat berfungsi sebagai kata dasar.
1.    Macam kata ulang dapat dibedakan menjadi:
a.    Kata ulang utuh
    Kata ulang utuh adalah kata ulang yang antara kata dasar dan bentuk peru1angannya adalab sama, miasma:
    Orang-orang
    Perumaban-perumaban
    Duduk-duduk
b.    Kata ulang sebagian
    Kata ulang sebagian adalah kata ulang yang bentuk peru1angannya hanya sebagian dari kata dasar, termasuk hanya sebagian bunyi vokal atau konsonan saja, misalnya:
    Berjalan-jalan
    Bolak-balik
    Sayur-mayur

c.    Kata ulang berkombinasi/bersimultan dengan afiks, misalnya:
    Anak-anakan
    Gunung-gunungan

2.    Nosi kata ulang
    Nosi kata ulang dapat menyatakan makna:
a.    “Jamak, bermacam-macam”, misalnya:
    Orang-orang
Buah-buahan
Sayur-mayur
b.    Pekerjaan dilakukan berulang”, misalnya:
Bolak-balik
Simpang-siur
c.    "Tiruan", misalnya:
    Anak-anakan
    Gunung-gunungan
d.    "agak", misalnya
    Kemerah-merahan
e.    "walaupun", misalnya:
    Pahit-pahit diminumnya obat itu.
    Panas-panas mereka datang juga.
f.    “walaupun”, misalnya
    Pahit-pahit diminumnya obat itu
    Panas-panas mereka dating juga

    Gunakan kata-kata berikut dalam kalimat, kemudian jelaskan makna perulangannya!
Sama-sama
Mudah-mudahan
rata-rata
Besar –besar

C.    Kata Majemuk
    Walaupun pada materi Bahasa Indonesia untuk SLTP atau MTS kata majemuk tidak ada, namun kata majemuk tersebut perlu kita pahami.
Kata majemuk adalah kata yang telah mengalami proses permajemukan. Kata majemuk adalah kata yang unsurnya berupa morfem bebas (bukan kata). Jika kata majemuk diartikan kata yang unsurnya berupa kata, hasil konstruksinya tidak dapat disebut kata, melainkan frase/kelompok kata.
    Secara lahiriah kata majemuk sama dengan frase/kelompok kata. Untuk itu, kita hams dapat mengenali kata majemuk tersebut dari segi: hubungan, konstruksi, dan nosi. Misalnya kita ambil orang tua sebagai kata majemuk dan sebagai frase.
Ciri hubungan:    Jika di antara kata orang dan tua dapat disela kata lain, misalnya yang, konstruksi orang tua bukan kata majemuk melainkan frase.
Ciri konstruksi:     Jika orang tua dapat di Kembangkan dengan kata renta, kata renta hanya berkonstruksi dengan tua, tidak dengan orang. Dengan demikian
Konstruksi
    Orang tua dalam hal ini adalah frase. Jika diperluas dengan afiks ber menjadi berorang tua, afiks ber-adalah milik konstruksi orang tua,
Bukan   
    Hanya milik orang saja sehingga tidak ada konstruksi berorang. Dengan ciri ini, orang tua pada berorang tua adalah kata majemuk
Ciri nosi    Jika makna orang tua mengacu pada orang yang sudah berusia lanjut”     konstruksi orang tua adalah frase. Jika maknanya tidak terikat pada Usia, tetapi pada “orang yang sudah pernah melahirkan atau sudah menjadi  bapak atau ibu”, konstruksi orang tua adalah kata majemuk 



D.    Kelas Kata
    Kelas kata disebut juga kategori kata. Dalam tata bahasa Tradisional digunakan istilah jenis kata. Hasil klasifikasi/penggolongan kata berdasarkan kelas kata mencakup: nomina Kata benda, verba Kata kerja, adjektiva kata sifat, numeraliaJkata bilangan, adverbia/kata keterangan, kata tugas.
1.    Kata benda/nomina
    Kata benda dapat dibedakan atas kata benda konkret dan kata benda abstrak. Kata benda konkret adalah kata benda yang dapat diindra (diraba, dilihat, dirasakan, di dengan, dibau):
Kata benda konkret yang berupa kata asal, misalnya: meja, udara, rumah
Kata benda konkret yang merupakan bentukan, misalnya: mainan, penulis, penjahit
    Kata benda abstrak adalah kata benda yang tidak dapat diindra, misalnya kata benda bentukan dari afiks pe-an, per-an, ke-an seperti: pembuatan, perbaikan, keadilan.
2.    Kata kerja
    Kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan/perbuatan, baik aktif, maupun pasif. Kata kerja aktif dibedakan atas transitif dan intransitif
a.    Kata kerja aktif transitif,
1)    Kata kerja dasar: makan, minum
2)    Berafiks me-: membaca, menulis
3)    Berafiks me-kan/i: membacakan, mendampingi
4)    Berafiks memper-: mempercantik, memperjelas
5)    Berafiks memper-kan/i: memperkerjakan, mempercayai
6)    Berafiks member-kan: memberlakukan, memberhentikan
b.    Kata kerja aktif intransitif, meliputi
1)    Berafiks me-: menyanyi
2)    Berafiks ber-: bersembunyi, bercerita
3)    Berafiks ber-kan: berdasarkan, bertuliskan
4)    Berafiks ter-: tersenyum
c.    Kata kerja pasif
1)    Kata kerja fasif di-: dibaca, diberlakukan, dibatalkan
2)    Kata kerja pasif ter-: terbaca, terpelihara
3)    Kata kerja pasif ke-an: kehujanan, ketakutan, kepanasan

3.    Kata sifat / akjektiv
    Kata sifat dapat dinegatitkan dengan kata tidak. Selanjutnya dapat diperluas dengan kata yang menyatakan tingkat perbandingan. Dalam struktur sintaksis, kata sifat adalah kata yang menerangkan kata benda. Kembangkan contoh!
4.    Kata keterangan
Kata keterangan adalah kata yang menerangkan kata kerja atau kata sifat, misalnya
    Rahin belajar
    Masih muda
    Belum beristri
    Perlu di contoh
    Sangat pandai
5.    Kata bilangan
    Kata bilangan adalah kata yang menyatakan " jumlah". Kata bilangan dibedakan atas kata bilangan tentu dan tak tentu.
a.    Kata bilangan tentu: satu, seribu, setengah, seperempat
b.    Kata bilangan tak tentu: sedikit, banyak, beberapa
6.    Kata tugas
    Kata tugas adalah kata yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kata benda, kerja, sifat, bilangan, atau keterangan. Kata tudas kata yang hanya berfungsi, yang pada dasarnya tidak bernosi.
    Kata tugas dapat dibedakan atas:
a.    Preposisi/kata depan, yakni kata yang dapat berkonstruksi dengan kata atau frase benda.
    Termasuk kata depan Preposisi adalah: di, ke, dari, pada, untuk, oleh, dsb.
b.    Konjungsi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan klausa dalam kalimat yang termasuk konjungsi: karena, ketika, apa bila, walaupun, dan, tetapi, namun, dsb.
c.    Kopula, yakni kata yang berfungsi menghubungkan subjek dan predikat. Termasuk kopula: adalah, merupakan, menjadi, yaitu, yakni.
d.    Artikel / kata sandang : sang, si
e.    Partikel, berfungsi menegaskan/mementingkan kata yang dilekati, misalnya: -lah, -kah, pun.
f.    Kata transisi, yakni kata yang berfungsi menghubungkan kalimat satu dengan yang lain. Penulisannya selalu diikuti tanda koma. Termasuk kata frase transisi adalah: jadi, dengan
    Demikian, karena itu, meskipun demikian  selanjutnya, akibatnya, sebagai kesimpulan,dsb.

DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys, 1981. Tata Bahasa Indonesia. Ende : Nusa Indah
Ladyana, Sonezza dan Hardiani, Isriani. 2008 Pembelajaran Bahasa Indonesia. Surakarta : Widya Duta Grafika
M. Moeliono, Anton, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka
M. Moeliono, Anton, dkk. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : balai Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar