Cari Blog Ini

Minggu, 12 Februari 2012

Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Ahlus Sunnah Wal Jamaah
Hari Asyura

Assalamualaikum, warahmatullahi wabarakatu…
Semoga ALLAH memelihara Habib Munzir alMunsawa dan keluarga serta seluruh keturunan junjungan mulia Rasulullah SAW
Habib yang dimuliakan, apa hukumnya jika merayakan hari Asyurah yg Jtuh pd Tlg 10 Muharram??
Kenapa Hanya Orang Syiah Saja Yg merayakannya? dan
Mengapa mereka Sangat Memuliakan Imam Ali bin Abi Thalib Dari pada Sahabt2 Yang Lain??
Mohon Penjelasanya…,,,Syukran
Berikut ini jawaban dari Habib Munzir
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Kesejukan kasih sayang Nya semoga selalu menerangi hari hari anda dg kebahagiaan,
Saudaraku yg kumuliakan,
tidak diperintahkan dalam syariah untuk memuliakan hari asyura, yg diperintahkan oleh Rasul saw adalah sunnah berpuasa padanya, tasyakkuran atas banyaknya kenikmatan dan pertolongan Allah swt dihari itu.
namun tidak ada larangan pula mengadakan perayaan dihari itu, maka boleh boleh saja dan kita tidak mengharamkan perayaan dihari itu jika untuk tasyakkuran pada Allah swt.
mengenai Imam Ali bin Abi Thalib kw yg dimuliakan orang syiah, banyak sebab kemungkinannya, sebagian mengatakan bahwa beliau memuliakan putri Ratu Persia yg menjadi tawanan perang dan dinikahkan dg putra beliau, yaitu sayyidina Husein bin Ali ra anhuma.
syiah berasal dari persia, maka banyak pula aturan dan acuannya mengarah pada kemuliaan persia, sebagaimana mereka memilih 10 imam dari ahlulbait, dan kesemuanya itu dari keturunan Imam Husein, padahal Imam Hasan (saudara husein) pun mempunyai banyak keturunan,
jika maksud mereka memuliakan Ahlul Bait, mestilah mengambil dari keturunan keduanya, namun mereka hanya mengambil dari keturunan Imam Husein, maka sebagian ulama mengatakan bukan karena mereka ingin memuliakan ahlulbait, namun karena mereka ingin memuliakan keturunan Ratu Persia, yaitu anak anak Imam Husein ra.
kesemua khulafa urrasyidin mempunyai kemuliaan dan kelebihan, dan memang Imam Ali kw lebih dominan dg keluasan ilmunya,
Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,
Wallahu a’lam



Kiai Kampung Lawan Santri Liberal

Inilah kisah kiai kampung. Kebetulan kiai kampung ini menjadi imam musholla dan sekaligus pengurus ranting NU di desanya. Suatu ketika didatangi seorang tamu, mengaku santri liberal, karena lulusan pesantren modern dan pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah. Tamu itu begitu PD (Percaya Diri), karena merasa mendapat legitimasi akademik, plus telah belajar Islam di tempat asalnya. Sedang yang dihadapi hanya kiai kampung, yang lulusan pesantren salaf.
Tentu saja, tujuan utama tamu itu mendatangi kiai untuk mengajak debat dan berdiskusi seputar persoalan keagamaan kiai. Santri liberal ini langsung menyerang sang kiai: “Sudahlah Kiai tinggalkan kitab-kitab kuning (turats) itu, karena itu hanya karangan ulama kok. Kembali saja kepada al-Qur’an dan hadits,” ujar santri itu dengan nada menantang. Belum sempat menjawab, kiai kampung itu dicecar dengan pertanyaan berikutnya. “Mengapa kiai kalau dzikir kok dengan suara keras dan pakai menggoyangkan kepala ke kiri dan ke kanan segala. Kan itu semua tidak pernah terjadi pada jaman nabi dan berarti itu perbuatan bid’ah,” kilahnya dengan nada yakin dan semangat.
Mendapat ceceran pertanyaan, kiai kampung tak langsung reaksioner. Malah sang kiai mendengarkan dengan penuh perhatian dan tak langsung menanggapi. Malah kiai itu menyuruh anaknya mengambil termos dan gelas.
Kiai tersebut kemudian mempersilahkan minum, tamu tersebut kemudian menuangkan air ke dalam gelas. Lalu kiai bertanya: “Kok tidak langsung diminum dari termos saja. Mengapa dituang ke gelas dulu?,” tanya kiai santai. Kemudian tamu itu menjawab: Ya ini agar lebih mudah minumnya kiai,” jawab santri liberal ini. Kiai pun memberi penjelasan: “Itulah jawabannya mengapa kami tidak langsung mengambil dari al-Qur’an dan hadits. Kami menggunakan kitab-kitab kuning yang mu’tabar, karena kami mengetahui bahwa kitab-kitab mu’tabarah adalah diambil dari al-Qur’an dan hadits, sehingga kami yang awam ini lebih gampang mengamalkan wahyu, sebagaimana apa yang engkau lakukan menggunakan gelas agar lebih mudah minumnya, bukankah begitu?”. Tamu tersebut terdiam tak berkutik.
Kemudian kiai balik bertanya: “Apakah adik hafal al-Qur’an dan sejauhmana pemahaman adik tentang al-Qur’an? Berapa ribu adik hafal hadits? Kalau dibandingkan dengan ‘Imam Syafi’iy siapa yang lebih alim?” Santri liberal ini menjawab: Ya tentu ‘Imam Syafi’iy kiai sebab beliau sejak kecil telah hafal al-Qur’an, beliau juga banyak mengerti dan hafal ribuan hadits, bahkan umur 17 beliau telah menjadi guru besar dan mufti,” jawab santri liberal. Kiai menimpali: “Itulah sebabnya mengapa saya harus bermadzhab pada ‘Imam Syafi’iy, karena saya percaya pemahaman Imam Syafi’iy tentang al-Qur’an dan hadits jauh lebih mendalam dibanding kita, bukankah begitu?,” tanya kiai. “Ya kiai,” jawab santri liberal.
Kiai kemudian bertanya kepada tamunya tersebut: “Terus selama ini orang-orang awam tatacara ibadahnya mengikuti siapa jika menolak madzhab, sedangkan mereka banyak yang tidak bisa membaca al-Qur’an apalagi memahami?,” tanya kiai. Sang santri liberal menjawab: “Kan ada lembaga majelis yang memberi fatwa yang mengeluarkan hukum-hukum dan masyarakat awam mengikuti keputusan tersebut,” jelas santri liberal.
Kemudian kiai bertanya balik: “Kira-kira menurut adik lebih alim mana anggota majelis fatwa tersebut dengan Imam Syafi’iy ya?.”. Jawab santri: “Ya tentu alim Imam Syafi’iy kiai,” jawabnya singkat. Kiai kembali menjawab: “Itulah sebabnya kami bermadzhab ‘Imam Syafi’iy dan tidak langsung mengambil dari al-Qur’an dan hadits,”.” Oh begitu masuk akal juga ya kiai!!,” jawab santri liberal ini.
Tamu yang lulusan Timur Tengah itu setelah tidak berkutik dengan kiai kampung, akhirnya minta ijin untuk pulang dan kiai itu mengantarkan sampai pintu pagar.
(Mukhlas Syarkun)

Kiat Menghadapi GAM, GAT & GAB

Kiai Fahrur Razi Iskak didatangi segerombolan berjenggot dan bercelana cingkrang. Mereka sengaja mendatangi Kiai Razi, mau mengajak debat masalah khilafiyah, terutama tentang tahlil. Sang Kiai lalu diberondong dengan sejumlah pertanyaan. “Kiai kok melakukan pekerjaan bid’ah seperti melakukan tahlil. Padahal tahlil itu termasuk bid’ah dlolalah, dan kiai tahu bahwa bid’ah dlolalah itu dalam hadits masuk neraka?,” ujar di antara mereka.
Dasar Kiai Nahdliyin mendapat serangan pertanyaan itu, tenang-tenang saja. Lalu dijawab dengan sembari ketawa, sehingga suasana cair dan tidak tegang. Kiai lantas balik bertanya: “Tolong tunjukkan dimana letak bid’ah-nya tahlil? Bukankah bacaan tahlil adalah bacaan Al-Qur’an dan merupakan kalimat thoyyibah?,” Kiai lontarkan pertanyaan ceplas-ceplos.
“Saya tahu bahwa bacaan tahlil adalah dari Al-Qur’an dan kalimah thoyyibah, tetapi Nabi Muhammad kan tidak pernah melakukan susunan bacaan seperti tahlil. Karena itulah, kami menyebut tahlil bid’ah,” jawab kelompok itu.
Kiai pun tak kekurangan akal, dengan arif dan bijaksana kembali melempar pertanyaan: Lho, kalau masalahnya terletak karena Nabi tak pernah menyusun kalimat tahlil. Kalau begitu mushaf Al-Qur’an yang anda baca adalah bid’ah juga dong. Karena susunan surat-surat dan harokatnya tidak terjadi pada zaman Nabi. Mushaf Al-Qur’an kan disusun setelah Nabi wafat. Bahkan titik pada huruf ba’ dan ya juga dilakukan para ulama,” papar Kiai Razi. Mendengar hujjah Kiai Razi, mereka terdiam seribu bahasa. Dengan bijaksana Kiai Razi menyarankan untuk lebih banyak belajar mengaji kitab-kitab peninggalan ulama silam. Setelah mereka menerima secara logika, lalu kemudian Kiai Razi memperkuat dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits. Beliau menjelaskan bahwa bacaan tahlil tidak bid’ah dan sampai pahalanya pada yang meninggal.
Dalil-Dalil Sampainya Pahala Buat Yang Meninggal
Pertama : Nabi bersabda, “Hajilah dulu untuk dirimu, kemudian baru menghajikan Syubrumah”. (HR.Abu Daud). Hadist ini menyatakan bahwa ibadah haji seseorang dapat digantikan orang lain, tentu dengan pahalanya juga.
Kedua : Sebuah Hadits yang artinya, “Dengan nama Allah ! Ya Allah terimalah kurbanku dari Muhammad, dari keluarga Muhammad, dari umat Muhammad”. (HR.Muslim, lihat Shahih Muslim XIII, hal.122). Hadits ini menjelaskan bahwa Nabi berkurban yang pahalanya untuk beliau, dan sebagian diberikan untuk keluarga beliau, dan sebagian diberikan untuk umat beliau.
Ketiga : Hadits dari ‘Aisyah, “Sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad SAW, dia berkata: “Sesungguhnya ibuku telah meninggal secara tiba-tiba, andaikan dia dapat bicara (pada saat sakratulmaut) niscaya ia akan bersedekah. Apakah ia (ibuku) akan dapat pahala, jika saya bersedekah untuk menggantikannya? Jawab Nabi: “Ya”. (HR.Imam Muslim, juz XI hal.84)
Ulama besar, Imam Nawawi menjelaskan berdasarkan hadits tersebut, maka dibenarkan bersedekah yang pahalanya untuk yang meninggal, bahkan ini termasuk yang dianjurkan.
Setelah menjelaskan hadits-hadits ini, Kiai Razi pun bertanya kepada para pemuda bercelana cingkrang itu, “Bagaimana dengan tiga dalil ini apakah belum cukup? Kalau merasa belum cukup, akan saya teruskan sebab masih ada 15 lagi hadits yang intinya menghadiahkan pahala kepada yang telah meninggal itu dibenarkan.
Para pemuda itu pun menjawab: “Sudah cukup kiai. Kami baru mengerti kalau ada hadits tentang sampainya pahala untuk orang yang sudah meninggal itu. Apalagi ternyata haditsnya banyak ya. Padahal yang mempersoalkan hanya hafal satu dua hadits saja, itu pun diulang-ulang,” papar anak muda itu sembari tersenyum. “Ya selama ini kami ikut kegiatan usrah dan pengajian di kampus, ustadz kami tidak pernah membacakan hadits itu. Yang dibaca tiap hari hadits tentang bid’ah melulu,” timpal pemuda lainnya dan disambut dengan ketawa gerr.
(Mukhlas Syarkun)
Cara dan doa untuk segera mendapat keturunan

Artikel ini saya ambil dari forum diskusi Habib Munzir Al Musawwa mengenai cara doan doa untuk segera mendapat keturunan. Berikut ini jawaban dari Habib Munzir
Ada banyak cara dan doa untuk segera mendapat keturunan, namun diantaranya yg telah selalu berhasil anda bernadzarlah, jika mendapat anak pria akan dinamai Muhammad, sungguh nadzar ini sangat mujarab dan selalu berhasil, karena Rasul saw bersabda: “Barangsiapa yg sulit mempunyai keturunan, lalu ia bernadzar memberi nama anaknya dengan namaku, maka ALlah akan memberikan keturunan padanya”
dijelaskan pada Sirah Hakabiyyah, bahwa periwayat hadits ini termasuk orang yg tak punya keturunan, ia mencoba resep nabawi tsb maka ia mempunyai anak, ia namai Muhammad, lalu ia nadzar lagi, maka ia mendapat putra lagi, hingga ia mempunyai 7 anak putra bernama Muhammad
sudah puluhan orang yg mengadu pada saya akan hal ini dan setelah mereka mencoba maka mereka berhasil, ada yg sudah belasan tahuh tak punya keturunan dan Allah swt segera menjawab harapan mereka dengan Mukjizat Nabi Muhammad saw.
tentunya boleh ditambahi sebelum atau sesudah nama tsb.
Hakekat Doa

Sungguh Rasul saw telah menjelaskan pada kita, tiadalah seseorang berdoa kepada Allah, terkecuali ia mendapat satu dari tiga hal, yaitu dikabulkan doanya, jika tidak maka diangkat salah satu musibahnya dan diberi yg lebih baik dari permintaannya, jika tidak maka diampuni dosanya.
maka tiadalah kita berdoa maka sudah bisa dipastikan akan dikabul, jika tidak, maka sudah dipastikan Allah menghapus musibah yg akan datang pada kita, kita tidak tahu mungkin esok kita akan tertabrak, atau rumah terbakar, atau harta kecurian, atau anak yg durhaka, atau musibah lainnya, itu sedang terkikis oleh doa kita,

Yahudi..Bukan Bani Israil

Bani Israil disebut di dalam kitab suci Al-Quran sebanyak 42 kali. Nabi Musa disebut sebanyak 129 kali dan Isa Al-Masih disebut sebanyak 23 kali. Sedang nama Islam disebut dalam Al-Quran sebanyak 6 kali dan nama Nabi Muhammad saw disebut 4 kali. Hal ini menunjukan bertapa besar toleransi Islam terhadap agama-agama lainnya.
Â
Syeikh Sya’rawi (almarhum) adalah alim ulama besar, pakar dan rujukan utama di Timur Tengah dalam membahas ilmu tafsir. Beliau dikenal tangkas dan memiliki ciri khas yang mengagumkan dalam mengupas tema-tema yang bersangkutan dengan ilmu tafsir Al-Quran pada ceramah-ceramah beliau yang selalu disajikan di setiap teve teve Arab. Saya masih ingat beliau pernah mengupas di salah satu ceramanya tentang kebiadaban, kekejaman dan kedholiman Yahudi yang dirasakan dan dipaksakan diterima oleh rakyat Palestina. Kedua tentang kembalinya warga Yahudi dari seluruh dunia dan diberikan hak prioritas pada siapa pun dan di mana pun warga Yahudi yang ingin kembali ke Israel walaupun warga Yahudi tersebut sebelumnya tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah Palestina. Sehingga, mereka berkumpul dan bercampur-baur membentuk suatu kekuasaan diatas kekuasaan. Pula diberikan pada mereka rekomendasi dari Barat terutama dari Amerika dan Inggris dan hak prioritas penuh untuk mendirikan sebuah negara di tanah Palestina khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai-berai di seluruh dunia sesuai dengan yang diangan-angani gerakan zionisme yang didirikan Theodore Herzl pada tahun 1896
Â
Ini semuanya, menurut Syeikh Sya’rawi merupakan suatu hikmah Ilahi dan hal yang sangat penting demi membuktikan janji Allah bagi hamba-hamba Nya yang soleh dan beriman bahwa mereka kelak akan mendapatkan kemenangan yang gemilang. Menurut beliau, jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur-baur di satu tempat, maka bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai.
Â
Kita sebagai muslim berkeyakinan sesuai dengan ajaran yang telah diterapkan dalam Al-Quran bahwa di akhir zaman sebelum kedatangan Isa Al-Masih, orang orang Yahudi yang telah terusir, bercerai-berai dan berhijrah ke seluruh pelosok dunia akan berkumpul kembali ketempat asal mereka di Palestina. Inilah yang sekarang kita saksikan bahwa seluruh orang-orang Yahudi berkumpul dan bercampur-baur setelah mereka bercerai berai sesuai dengan firman Allah  “Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil  “diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur” - al Israa’, 104
Â
Keyakinan ini tentu, kalau menurut ajaran kita, bermula dari disaat nabi Musa as dan pengikutnya dari Bani Israel atau yang disebut dalam Al Quran “Ashbath” diusir dan keluar dari Mesir. Dalam bahasa Arab Ahsbath artinya julukan khusus diberikan kepada pengikut-pengikut nabi Musa as yang berasal dari dua belas keturunan nabi Yakub.
Â
Nabi Musa dan pengikutnya (12  kabilah Bani Israil) keluar dari Mesir karena diusir dan dikejar-kejar oleh Firaun. “Kemudian Fir’aun hendak mengusir mereka (Musa dan pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia serta orang orang yang bersama-sama dia seluruhnya”- al Isra’ 103. Setelah itu nabi Musa dan pengikutnya menuju kota Sina dan menetap selama empat puluh hari sampai beliau wafat disana.
Â
Kemudian adiknya Harun as melanjutkan perjuangannya sebagai pimpinan Ashbath Bani Israil. Beliau dan rombongan berangkat ke Palestina. Di sana Harun mendirikan dua kerajaan kecil, pertama kerajaan di sebelah selatan Palestina yang terdiri dari dua kabilah Yahudi yaitu kabilah Benyamin dan Yahudha, dan kerajaan yang kedua di sebelah utara terdiri dari sepululuh kabilah Yahudi lainya.
Â
Pada tahun 721 Sebelum Masehi, kerajaan Babilon menyerang bagian utara kerajanan Yahudi dan menguasinya. Mulai saat itu terpecahbelahlah bangsa Yahudi dan berceraiberailah kabilah kabilah Yahudi keseluruh pelosok dunia. Sebagian diantara mereka ada yang dibawa ke Irak dijadikan sebagai tawanan. Yahudi Orthodox sampai sekarang masih beranggapan bahwa kabilah kabilah yang berasal dari kerajaan bagian utara merupakan sebagai kabilah-kabilah Yahudi yang hilang dan mereka kelak akan muncul dan kembali lagi bercampur-baur.
Â
Ahli sejarah beranggapan bahwa dari sepuluh kabilah yahudi yang bercerai-berai, mereka telah berhijrah keseluruh pelosok dunia, diantaranya ke Asia, Afrika, Rusia, dan negara negara Arab. Ada lagi diantara mereka yang  menetap di Afrika sampai sekarang ini yaitu kabilah Flasha di Ethiopia dan kabilah Yambah di Zimbabwe dan Afrika Selatan, dan yang lainnya ada yang berhijrah ke Jazirah Arabia seperti ke Bahrain, Khaibar, Madinah, dan Yemen, juga ada lagi yang berhijrah ke Asia seperti ke Iran, Cina, Jepang,dan Burma, dan sebagian ada yang berhijrah ke Rusia dan Eropa.
Â
Nah, sekarang kita bisa melihat sendiri bahwa semua orang Yahudi yang telah berhijrah, bercerai berai, dan hilang, mereka datang kembali dari seluruh dunia, berkumpul di satu tempat dan membentuk satu negara Israel. Perkumpulan dan kembalinya Ashbat Yahudi ke tanah Palestine merupakan suatu hikmah dan hal yang sangat penting demi untuk membuktikan ketepatan janji Allah bagi hambanya yang soleh dan beriman bahwa mereka akan mendapat kemenangan yang gemilang di masa mendatang Insya Allah. Karena jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur-baur di satu tempat, maka bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai.
Â
“Dan Apabila datang saat hukuman bagi kejahatan yang kedua (Kami datangkan orang orang lain) untuk menyuramkan muka muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh mu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabi-habisnya apa saja yang mereka kuasai” - Al Isra’ 7
Â
Itu janji Allah dan Allah jika berjanji, tidak akan menginggkari janjiNya.
Â
Adapun janji Rasulallah saw adalah sesuai dengan sabdanya: ”Tidak akan bangkit hari kiamat sehingga kalian memerangi Yahudi, sampai-sampai batu berkata “wahai Muslim ini orang Yahudi di belakangku bunuhlah dia“ -Hadits.
Â
Wallahua’lam,
Doa Nabi al-Khidhr a.s.


Syaikh Muhammad Amin Kurdi dalam “Tanwirul Qulub” pada halaman 422 menulis satu faedah seperti berikut:-
Imam as-Sayuthi telah menyebut dalam “Luqtul Marjaan” daripada Sayyidina Ibnu ‘Abbas r.`anhuma sebagai berkata:-
•    “Nabi al-Khidhr dan Nabi Ilyas bertemu pada setiap tahun di musim haji dan mereka berdua berpisah atas kalimah-kalimah ini: “Dengan nama Allah, sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tidak ada yang mendatangkan kebaikan melainkan Allah; Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tidak ada yang menolak kejahatan melainkan Allah; Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, setiap keni’matan adalah daripada Allah; Sesuatu itu menurut apa yang dikehendaki Allah, tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan Allah”. Ibnu ‘Abbas berkata: “Sesiapa yang membaca doa ini ketika pagi dan petang sebanyak 3 kali, maka Allah akan mengamankan (yakni menyelamatkan) dia dari tenggelam (lemas), kebakaran, kecurian, dari (kejahatan) syaitan, penguasa, ular dan kala jengking.”
Maka sewajarnya bagi seseorang murid untuk mengamalkan doa ini, kerana ianya akan menjadi sebab yang membawa kepada tawakkal.
Doa ini juga dinukil oleh Hujjatul Islam al-Ghazali dalam “Ihya` ‘Ulumiddin” jilid 1 halaman 374 dengan sedikit perbezaan lafaz.
Tawakkal itu amatlah penting dalam kehidupan seseorang muslim. Walau bagaimana hebatnya kita, selaku hamba kita hendaklah sentiasa bertawakkal kepada Allah, sejak permulaan setiap sesuatu pekerjaan berkekalan sehingga mencapai tujuan atau sebaliknya. Allah pula menyukai orang-orang yang bertawakkal sebagaimana difirmankanNya dalam surah Ali ‘Imraan ayat 159 yang kira-kira bererti: “Bahawasanya Allah ta`ala itu kasih akan orang-orang yang bertawakkal.” Manakala dalam surah ath-Tholaaq ayat 3, Allah berfirman yang kira-kira bererti: “Dan sesiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah itu mencukupi baginya.

Nabi Khidhir - 4

Satu lagi posting berhubung NabiyUllah Khidhir a.s., mudah-mudahan dengan menyebut nama baginda a.s. dalam bulan yang mulia ini kita akan dapat keberkatannya. Kebetulan aku baru dapat sebuah buku karangan Allamah Syaikh Muhammad al-Jazri dengan jodol “al-Hisnul Hasin” ( الجصن الجصين ) yang diterjemah oleh Maulana Muhammad Rafeeq ibni Maulana Ahmed Hathurani dan diberi kata pengantar oleh Maulana Muhammad Taqi Usmani. Kitab asalnya memang aku kenali, tetapi aku tidak pernah memiliki dan mentelaahnya secara terperinci kerana aku merasakan bahawa ianya karangan berisikan doa dan zikir semata-mata. Rupa-rupanya tentang NabiyUllah Khidhir a.s. pun ada disebut pengarangnya pada halaman 228 di mana dinyatakan bahawa pada hari kewafatan Junjungan Nabi s.a.w., Nabi Khidhir a.s. telah menziarahi jenazah baginda yang mulia serta mengucapkan kata-kata takziah dan nasihat kepada para sahabat. Untuk lebih jelas, biar aku nukilkan semula apa yang disebut dalam buku itu, di bawah subtitle “Condolence of Sayyidona Khidr a.s.”:-
According to the Hadeeth, the day Rasoolullah (Sallallaahu-alayhi-wasallam) passed away, a powerful-looking, beautiful and handsome man with a white beard came leaping across the necks of people till he reached where the sacred body of Rasoolullah (Sallallaahu-alayhi-wasallam) lay. He wept bitterly and turned towards the Sahabah (RA) and said the undermentioned words. Aboo Bakr (RA) and Ali (RA) said that he was Khidr (AS). The words are as follows:- “Surely, Allah alone grants patience in every misfortune and compensation for anything lost and substitute for anything destroyed. Return to Allah alone and flee towards Him only. In times of difficulty, His gaze is set on you (and He does not forsake you). Understand this because a genuinely unfortunate and miserable person is one who is not given any compensation for his misfortune.”
Sebagaimana yang aku jelaskan dalam posting-posting terdahulu berhubungan, isu berterusan hayat NabiyUllah Khidhir sehingga masa ini adalah masalah khilafiyyah ulama. Jika ada ulama yang menafikan hayatnya sekarang, maka ada ulama lain yang mensabitkannya. Jadi tidak perlulah isu ini dijadikan punca perbalahan yang tidak berkesudahan, dan yang lebih parah lagi perbalahan yang membawa kepada kutuk-mengutuk dan keji-mengeji. Berhubung hadits mengenai ziarah dan takziah Nabi Khidhir ini, insya-Allah di lain posting aku akan nukilkan kalam ulama berhubung dengannya. Allahu a’laam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar